Amankah Donor ASI?
Beberapa media sosial dan milis seringkali memperkenalkan donor ASI. Donor ASI adalah salag satu cara untuk membantu bayi yang kesulitan mendapatkan ASI. Penyebabnya dapat dikarenakan ibu meninggal, bayi masuk NICU, ibu sedang sakit, sedang di dalam inkubator, ASI yang sulit keluar, persedian ASI perah yang habis hingga bayi yang terlantar.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah donor ASI aman dan bagaimana sebaiknya ketika akan mendonorkan ASI atau menerima donor ASI? Artikel kali ini akan membahas donor ASI dari segi kesehatan, pengaruh untuk kesehatan ibu dan bayi baik pendonor atau juga bayi penerima donor ASI.
Apa itu Donor ASI?
Ibu ingin memberikan yang terbaik untuk membantu tumbuh kembang bayi meskipun terkadang mengalami kondisi yang tidak mendukung, salah satunya ketika ibu kesulitan memberikan ASI. Kini dikenal dengan donor ASI yaitu sebagai alternatif yang mendukung pemberian ASI eksklusif.
Donor ASI diberikan dari ibu yang menyusui mengalami kelebihan persedian ASI kepada bayi yang memerlukan ASI. Pemberian Donor ASI harus melalui beberapa prosedur mengingat akan meningkatkan penyebaran penyakit. Dengan demikian sistem donor ASI harus melalui informasi, keterampilan dan konseling untuk memberikan bantuan praktis.
Siapa yang dapat menjadi Pendonor ASI?
Pendonor ASI adalah ibu yang sedang menyusui dan memiliki ASI berlebih sehingga dapat diberikan sebagai bantuan pada bayi yang membutuhkan ASI. Adapun tahap penapisan bagi ibu yang akan menjadi pendonor ASI adalah sebagai berikut :
Penapisan 1
- Pendonor ASI memiliki bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.
- Pendonor dinyatakan sehat dan tidak mempunyai kontra indikasi menyusui sehingga dapat mendonor ASI.
- Produksi ASI yang berlebih dan sudah mencukupi kebutuhan ASI bayinya sehingga dapat mendonasikan ASI.
- Pendonor ASI dinyatakan tidak menerima transfusi ataupun transplantasi organ selama 12 bulan terakhir.
- Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi bayi.
- Pendonor tidak mengalami riwayat menderita penyakit yang menular seperti HIV, Hepatitis dan lainnya.
- Pendonor tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko menyebarkan penyakit yang menular.
Penapisan 2
- Pendonor harus melalui skrining yang membantu dalam test HIV, sifilis, hepatitis B , hepatitis C, dan virus lain yang dapat tertular melalui ASI.
- Pada saat mengalami keraguan pada status kesehatan pendonor maka dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali
- Apabila tahap pelapisan sudah selesai maka dilanjutkan dengan test ASI sehingga bebas dari bakteri dengan cara memanaskan ASI.
Siapa saja yang menerima donasi ASI ?
Seperti yang dikutip dari situs AIMI-ASI.org bahwa penerima ASI adalah bayi yang mengalami kondisi seperti di bawah ini :
- Bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan dengan kata lain menderita galaktosemi, penyakit urip sirup mapel dan fenikotenouria
- Bayi yang lahir dengan berat badan yang sangat rendah kurang dari 1500 gram atau bayi yang lahir prematur di bawah usia kehamilan 32 minggu
- Bayi yang mengalami gangguan peningkatan kebutuhan glukosa sehingga berisiko mengalami hipoglikemia, apabila kadar gula darah mengalami respon pemberian ASI.
- Bayi yang sedang mengalami hilangnya cairan akut sehingga membutuhkan ASI yang lebih banyak
- Bayi mengalami penurunan berat badan 7-10% setelah 3-5 hari karena mengalami laktogenesis II
- Ketika bayi yang berupa mekonium di hari ke 5 setelah persalinan.
Adapun alasan bayi yang diberikan donor ASI dikarenakan ada gangguan kesehatan yang dialami oleh ibu ketika menyusui. Beberapa kondisi seperti ibu dengan HIV positif sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada bayi. Kemudian Ibu mengalami sakit berat sehingga terjadi gangguan psikologis dan juga adanya infeksi virus herpes, infeksi varicella zoster sebelum dan sesudah melahirkan.
Kondisi kesehatan seperti ibu yang mendapat sitostatika, ibu sedang mengkonsumsi jenis obat antitirois selain daro propylthiouracil. Selain itu pula ibu yang mengalami kelainan pada jaringan payudara sehingga tidak berkembang dan mengalami kelainan pada payudara. Dengan demikian pemberian ASI menjadi terhambat dan membuat bayi membutuhkan donasi ASI.
Amankah ASI donor untuk bayi?
Mutu dan keamanan ASI donor sangat dibutuhkan. ASI harus meliputi kebersihan dari cara penyimpanan, pemberian hingga memerah ASI. Calon pendonor harusnya mendapatkan pelatihan untuk cara memerah, menyimpan dan kebersihan sehingga ASI tetap terjaga kualitasnya.
Selain itu sebelum memerah ASI, pendonor harus tetap menjaga keamanan dimulai dari cuci tangan dengan menggunakan sabun selanjutnya ASI diperah di tempat yang bersih. Apabila ibu menggunakan pompa maka sebaiknya dibersihkan agar tidak terkontaminasi dengan bakteri.
Terakhir adalah perhatikan kebersihannnya sehingga cara penyimpanan benar-benar tertutup, botol kaca yang bersih atau menggunakan kontainer plastik dari bahan yang aman seperti polycarbonate atau polypropylene dengan demikian tata cara penyimpanan ASI dapat diperhatikan.
Selain itu pemeriksaan dengan menggunakan skrining laboratorium akan membantu untuk mengetahui ASI tidak terkontaminasi dengan berbagai jenis virus atau bakteri. Meskipun demikian di Indonesia belum terdapat laboratorium yang membantu melakukan skrining HTLV.
Sedangkan keamanan donor ASI harus melalui tahapan sehingga tidak bisa dikatakan semua aman.Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa donor ASI harus melalui tahapan test untuk dinyatakan aman. Sedangkan di Indonesia masih berdasarkan keterangan pendonor bahwa donor sehat dan menyusui bayi yang sehat, tidak mengidap hepatitis atau HIV.
Dengan demikian pemberian donor ASI harus disesuaikan dengan kesehatan pendonor yang berpengaruhi kualitas ASI yang didonorkan. ASI donor dapat membantu untuk mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi sehingga dengan ASI donor, bayi yang kesulitan karena berbagai faktor penyebab baik kesehatan ibu dan bayi dapat dibantu dengan ASI donor.
Dalam pemberian ASI donor harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan , apalagi ingin mendonor untuk mengetahui ibu tidak memiliki infeksi dari virus ataupun bakteri yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dikemudian hari bagi bayi yang menerima ASI dari pendonor.
Pemberian ASI donor Sehingga apabila diputuskan untuk menggunakan ASI pendonor hal yang harus dilakukan adalah dengan melakukan 3 teknik terhadap ASI donor agar mengurangi penularan penyakit. Langkah pertama adalah dengan pasteurisasi holder. Umumnya dilakukan di bank ASI karena membutuhkan pengukur suhu dan juga pengatur waktu.
Sedangkan untuk selanjutnya adalah dengan teknik Flash Heating dan juga pasteurisasi pretoria. Untuk teknis flash heating maka ASI yang sebanyak 50 ml di simpan di botol kaca kemudian di panaskan dengan menggunakan kaca botol berukuran 450 ml. Setelah suhunya dingin maka dapat diberikan kepada bayi yang membutuhkan.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.