Di Balik 100 Jasad Dibiarkan Membusuk di Atas Tanah
Jasad manusia membusuk di atas tanah. Foto: dailymail.co.uk |
Namun terselip di sebuah lokasi rahasia di semak-semak di Australia, terdapat 'kota yang tidak biasa,' di mana di sini merupakan rumah bagi 100 orang yang semuanya sudah meninggal dunia.
Ini adalah 'pertanian manus' pertama di negara Australia, dimana manusia tidak dikuburkan di dalam tanah untuk beristirahat. Tetapi mereka dibiarkan membusuk di lahan luas di Yarramundi, pinggiran Sydney, yang tidak mirip sebagai pemakaman.
Dikutip dari Daiy Mail, jenazah di sini dibiarkan begitu saja dan terkena unsur-unsur kasar di mana mereka membusuk untuk penelitian ilmiah, yang bertujuan membantu memecahkan kasus pembunuhan dan kehilangan di Australia.
Dipimpin oleh Profesor Shari Forbes, Fasilitas Penelitian Eksperimental Tomatik (AFTER) ini menyebut dirinya sebagai 'fasilitas sumbangan tubuh yang unik' dan sisa-sisa manusia ini untuk memahami, bagaimana mayat dapat diidentifikasi dan diselidiki dengan benar.
Ini adalah eksperimen penelitian yang mengerikan, yang telah terbukti sangat berharga dalam kasus penyelidikan kriminal di Amerika Serikat, untuk membantu mengidentifikasi dan memeriksa tubuh yang sudah mengalami kerusakan parah.
Di dalam fasilitas tersebut, terdapat mayat yang berserakan di tanah dan semak-semak, dan beberapa di antaranya membusuk sampai yang tersisa adalah kerangka.
Mayat tersebut juga ditempatkan di dalam sebuah 'kandang pelindung' agar tidak dimangsa hewan. Namun sebaliknya, mayat-mayat ini diletakkan dalam keadaan tanpa pakaian untuk masuk dalam tahap dekomposisi alami.
Peternakan mayat tersebut menghasilkan bau busuk dan penuh dengan hal-hal yang tidak pernah ingin dilihat.
Gagasan tentang peternakan tubuh manusia pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an, setelah ilmuwan menyadari betapa sedikit yang diketahui tentang penguraian daging manusia.
Sebelum menggunakan tubuh manusia, babi masih digunakan untuk membantu ahli patologi forensik, memahami bagaimana proses pembusukan bekerja.
"Beberapa penelitian kami berfokus pada peningkatan kemampuan kita untuk mencari dan menemukan korban, seperti penggunaan anjing pendeteksi mayat. Aspek lain dari penelitian kami akan berfokus pada identifikasi korban, entah itu melalui ujung jari, DNA atau penggunaan isotop," kata Profesor Forbes.
Jalan-jalan melewati 'peternakan tubuh manusia' ini bisa membuat siapapun mual dan muntah, namun menawarkan wawasan penting untuk membantu menyelesaikan kasus kejahatan.