Efek Samping dari Epidural
“Be aware every intervention in nature has consequency”
Saya sangat setuju dengan kalimat diatas. Karena bagaimanapun juga apapun intervensi yang kita berikan atau kita lakukan terhadap alam semesta pasti ada konsekuensi yang harus kita tanggung, dan ini termasuk proses persalinan.
bagaimanapun juga proses persalinan alami adalah yang terbaik.
Namun sayangnya banyak orang yang menjadi takut dan akhirnya memilih untuk melakukan epidural bahkan operasi SC hanya gara-gara ketakutan tentang proses persalinan yang sebenarnya tidak beralasan.
Nah saat ini saya akan mencoba untuk mengungkapkan tentang apa yang mungkin tidak Anda ketahui tentang efek samping dari penggunaan epidural yang bisa mengubah pikiran atau keinginan Anda untuk memilih menggunakannya dalam proses persalinan:
Banyak wanita mengatakan bahwa tidak ada efek samping yang signifikan pada penggunaan epidural. Tetapi jika Anda seperti saya, Anda mungkin harus mulai mendengarkan klien-klien, teman atau para ibu yang melaporkan berbagai masalah ringan sampai yang lebih serius tentang efek samping jangka panjang dari epidural.
Berikut adalah sedikit efek samping yang pernah saya dengar, saya baca:
1. Penurunan tekanan darah sehingga memerlukan obat untuk menormalkan kembali
2. Ekstremitas yang gatal memerlukan pemberian injeksi atau obat.
3. Perasaan panik dan kecemasan yang lebih tinggi
4. Rasa mati rasa terlalu tinggi hingga di dada dan otot tubuh yang mempengaruhi tenggorokan dengan kekurangmampuan atau bahkan ketidakmampuan untuk menelan
5. Sakit kepala
6. Sakit punggung kronis
Berikut pengalaman salah satu ibu yang memilih untuk melahirkan normal setelah pengalaman negatifnya dengan epidural dengan anak sebelumnya:
Menurut Sheila Kitzinger di bukunya The Complete Book of Pregnancy and Childbirth,Risiko dan efek samping anestesi epidural dapat bergantung pada faktor-faktor seperti kondisi ibu ketika dalam persalinan, jenis dan dosis obat yang diberikan.
Semua ibu yang hendak diberikan epidural juga harus menyetujui perlakuan sebagai berikut:
1. Penggunaan alat pemantauan janin yang terus menerus menempel di tubuh ibu (CTG)
2. Pemberian cairan IV yang dapat menyebabkan overload cairan dan pembengkakan
3. Kemungkinan pemasangan kateter kandung kemih yang lebih besar
4. Mobilitas yang sangat terbatas yang justru biasanya menghalangi kemajuan persalinan
Selain itu, Kitzinger menjelaskan risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan:
1. Kecenderungan untuk memperpanjang lama waktu persalinan, sehingga sering memerlukan augmentasi Pitocin.
2. Menurunkan tekanan darah, kadang-kadang pada tingkat yang membuat gawat janin sehingga memerlukan obat-obatan untuk menstabilkannya kembali.
3. Peningkatan suhu tubuh, yang dapat mempengaruhi janin selama persalinan dan / atau menyebabkan demam pada bayi, mengakibatkan traumatis septic.
4. Penggunaan epidural seringkali mengubah sensasi lahir normal dan fisiologi, seperti:
a. Tidak adanya sensasi untuk mengejan sehingga si ibu merasa kesulitan untuk mengejan.
b. Hilangnya kekuatan alami otot panggul yang dapat menyebabkan malposition bayi, sehingga penurunan bagian terendah janin tidak lancar
c. Peningkatan risiko persalinan dengan tindakan forcep, ekstraksi vakum dan operasi caesar.
d. transmisi obat epidural ke janin melalui plasenta menyebabkan perubahan perilaku dan kewaspadaan yang mengakibatkan penurunan kemampuan dan kesulitan menyusui yang mungkin terjadi di minggu pertama bahkan berkelanjutan.
Nah bunda, apakah masih memilih epidural?
Salam hangat
Bidan Kita
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.